Selasa, 03 Agustus 2010

lanjutan MB 1

Sifat-Sifat Bambu
Bambu sebagai bahan konstruksi perlu ditinjau sifat-sifatnya mengenai sifat
mekanis dan sifat fisiknya.
1 Sifat fisik
Sebagai bahan material alam, bambu mempunyai bermacam-macam sifat yang
tergantung pada jenis, lingkungan pertumbuhan dan asalnya. Adapun yang termasuk
karakteristik fisika bambu, antara lain:
a. Berat jenis
Berat jenis bambu menunjukkan banyaknya massa bambu, dengan kata lain
jumlah sel-sel penyusun bambu dengan berat sel masing-masing
menunjukkan berat total bambu. Berat jenis bambu dihitung sebagai nilai perbandingan antara berat bambu kering dibagi berat air dengan volume
sama dengan volume bambu tersebut.
b. Kadar air
Adalah nilai yang menunjukkan banyaknya air yang ada dalam bambu. Kadar
air dihitung sebagai persentase perbandingan berat air dalam bambu dengan
berat kering tanur. Berat bambu kering tanur adalah berat bambu total tanpa
air akibat pengeringan dalam tanur pada suhu 101 – 105°C.

2 Sifat mekanis
Sifat - sifat mekanis bambu secara teoritis menurut Frick (2004) tergantung pada:
a. Jenis bambu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan.
b. Umur bambu pada waktu penebangan.
c. Kelembaban (kadar air kesetimbangan) pada batang bambu.
d. Bagian batang bambu yang digunakan (bagian kaki, pertengahan, atau
kepala).
e. Letak dan jarak ruasnya masing-masing (bagian ruas kurang tahan terhadap
gaya tekan dan lentur)
Beberapa sifat mekanika bambu yang penting untuk perencanaan konstruksi bambu
(Frick2004 dalam Sjelly Haniza2005), antara lain:
a. Kuat Tarik
Kekuatan bambu untuk menahan gaya tarik tergantung pada bagian batang
yang digunakan. Bagian ujung memiliki kekuatan terhadap gaya tarik 12%
lebih rendah dibandingkan dengan bagian pangkal.
b. Kuat Tekan
Kekuatan bambu untuk menahan gaya tekan tergantung pada bagian ruas
dan bagian antar ruas batang bambu. Bagian batang tanpa ruas memiliki kuat
tekan (8 – 45)% lebih tinggi dari pada batang bambu yang beruas.
c. Kuat Geser
Kemampuan bambu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian
bambu bergeser dari bagian lain di dekatnya disebut dengan kuat geser. Kuat
geser bambu bergantung pada ketebalan dinding batang bambu. Bagian
batang tanpa ruas memiliki kekuatan terhadap gaya geser 50% lebih tinggi
dari pada batang bambu yang beruas.
d. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas merupakan keteguhan lentur pada batas elastis bahan.
Keteguhan lentur adalah rasio beban terhadap regangan dibawah
proporsional. Peningkatan nilai modulus elastisitas seiring dengan
peningkatan keteguhan lentur suatu bahan (Prayitno, 1995).

K e u n g g u l a n B a m b u
1. Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
2. Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau 120 cm per hari. Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Berbeda dengan pohon kayu hutan yang baru siap ditebang dengan kualitas baik setelah berumur 40-50 tahun, maka bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun.
3. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih dapat bertahan hidup.
4. Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. sekalipun demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena biasanya batang-batang struktur bambu dirangkaikan dengan pasak atau tali yang kekuatannya rendah
5. Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembabannya tinggi, oleh karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang elastis, struktur bambu mempunyai ketahan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.

K e l e m a h a n B a m b u
Sekalipun bambu memiliki banyak keunggu!an, kiranya perlu juga diingat bahwa upaya menjadikan bambu sebagai pengganti kayu menghadapi beberapa kendala, yaitu :
1.    Bambu mempunyai durabilitas yang sangat rendah, bambu sangat potensial untuk diserang kumbang bubuk, sehingga bangunan atau perabot yang terbuat dari bambu tidak awet. Oleh karena itu rangka bangunan dari bambu, yang tidak diawetkan, hanya dipandang sebagai komponen bangunan sementara yang hanya tahan tidak lebih dari 5 tahun. Hal ini merupakan kendala yang sangat serius karena minat orang pada bambu jadi berkurang. Betapa ganasnya kumbang bubuk ini dapat diberikan contoh kejadian di pabrik angklung Saung Udjo yang berlokasi di Bandung. Perusahaan ini tiap tahun mendatangkan bambu sampai sekitar 12 truk, tetapi hampir 40 persen dari bambu tersebut telah rusak diserang kumbang bubuk sebelum sempat dijadikan angklung. Mengingat produk bambu kini sudah mulai menjadi komoditi ekspor, maka upaya untuk mencegah serangan bubuk perlu memperoleh perhatian secara khusus agar barang-barang yang terbuat dari bambu tidak mengecewakan pemakainya.
2. Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena perangkaian batang-batang struktur bambu sering kali dilakukan secara konvensional memakai paku, pasak, atau tali ijuk. Pada perangkaian batang-batang struktur dari bambu yang dilakukan dengan paku atau pasak, maka serat yang sejajar dengan kekuatan geser yang rendah menjadikan bambu mudah pecah karena paku atau pasak. Penyambungan memakai tali sangat tergantung pada keterampilan pelaksana. Kekuatan sambungan hanya didasarkan pada kekuatan gesek antara tali dan bambu atau antara bambu yang satu dengan bambu lainnya Dengan demikian penyambungan bambu secara konvensional kekuatannya rendah, sehingga kekuatan bambu tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada saat tali kendor sebagai akibat kembang susut karena perubahan temperatur, kekuatan gesek itu akan turun, dan bangunan dapat runtuh. Oleh karena itu sambungan bambu yang memakai tali perlu dicek secara berkala, dan tali harus selalu disetel agar tidak kendor.
3. Kelangkaan buku petunjuk perancangan atau standar berkaitan dengan bangunan yang terbuat dari bambu.
4. Sifat bambu yang mudah terbakar. Sekalipun ada cara-cara untuk menjadikan bambu tahan terhadap api, namun biaya yang dikeluarkan relatif cukup mahal.
5. Bersifat sosial berkaitan dengan opini masyarakat yang sering menghubungkan bambu dengan kemiskinan, sehingga orang segan tinggal di rumah bambu karena takut dianggap miskin. Orang baru mau tinggal di rumah bambu jika tidak ada pilihan lain. Untuk mengatasi kendala ini maka perlu dilibatkan arsitek, agar rumah yang dibuat dari bambu terlihat menarik. Upaya ini tampak pada bangunan-bangunan wisata yang berupa bungalo dan rumah makan yang berhasil menarik wisatawan mancanegara.

Jepang dapat dinyatakan sebagai negara yang sudah cukup lama memakai bambu sebagai bahan interior rumah. Interior bambu di Jepang selain tampilannya mewah juga ringan, sehingga cocok bagi Jepang yang sering dilanda gempa.

R a n g k a A t a p
Struktur rangka atap dari bambu biasa dibuat secara tradisional terdiri atas bubungan,gording dan balok kasau menggunakan alat sambung tali ijuk dan pasak dengan kekuatan rendah. Untuk memperlebar atap maka diperlukan tambahan tiang di tengah. Banyak penelitian dan pengembangan telah dilakukan bahkan kuda-kuda dari bambu yang diperkuat dengan pelat baja dan mengisi sambungan dengan mortar (semen dan pasir) mampu menahan beban sebesar 4 ton. Dibawah ini contoh kuda-kuda bambu dengan bentang 12 m beserta dengan contoh sambungan kuda-kuda yang diperkuat dengan pengisi.
Share:

0 comments:

Posting Komentar