PENDAHULUAN
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan manfaat pada manusia. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru.
Ketersediaan kayu konstruksi pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan dan harga kayu konstruksi di pasaran juga terus meningkat. Di samping itu, semakin menyempitnya hutan-hutan produksi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan kayu konstruksi.
Pada saat ini diperlukan usaha melakukan reboisasi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Tetapi reboisasi memerlukan waktu yang sangat lama sedangkan kebutuhan kayu konstruksi semakin meningkat yang menyebabkan terjadinya kesulitan kayu konstruksi dengan kualitas baik dan dimensi sesuai kebutuhan.
Dalam upaya mengatasi permasalahan di atas, perlu dikembangkan teknologi bahan alternatif pengganti kayu.
Salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti kayu adalah bambu. Bambu mempunyai beberapa keunggulan untuk dapat dijadikan pengganti kayu sebagai bahan konstruksi serta meubel.
Bambu adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae, suatu familia Bamboidae. Berdasarkan pertumbuhannya, bambu dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu bambu simpodial dan bambu monopodial. Bambu simpodial tumbuh dalam bentuk rumpun, setiap rhizome hanya akan menghasilkan satu batang bambu, bambu muda tumbuh mengelilingi bambu yang tua. Bambu simpodial tumbuh di daerah tropis dan subtropis, sehingga hanya jenis ini saja yang dapat dijumpai di Indonesia. Bambu monopodial berkembang dengan rhizome yang menerobos ke berbagai arah di bawah tanah dan muncul ke permukaan tanah sebagai tegakan bambu yang individual.
Konstruksi bambu adalah ilmu yang sangat kompleks, Pada tahun 1980 - an konstruksi bambu mengalami perkembangan yang luar biasa, walaupun pada pembangunan di Indonesia hal itu belum terwujud dan bahkan masih memiliki kesan sebagai bahan bangunan rakyat miskin.sehingga sayangnya studi yang mendetail tentang kekuatan bambu di Indonesia sebagai konstruksi masih langka dan tidak lengkap.
Konstruksi Bambu dan alang- alang cukup populer untuk pertimbangan. karena Bahan ini adalah murah dan berkelimpahan, orang awam dapat membangun rumah mereka sendiri dengan perkakas yang sederhana dengan ketrampilan dan metoda yang diperlukan untuk konstruksi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perumahan, bangunan dan perencanaan, mendetil banyak dari metoda-metoda konstruksi tradisional ini , mendiskusikan hasil-hasil dari percobaan-percobaan, dan melaksanakan di dalam banyak negara untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam membangun dengan bambu dan alang- alang ini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perumahan, bangunan dan perencanaan, mendetil banyak dari metoda-metoda konstruksi tradisional ini , mendiskusikan hasil-hasil dari percobaan-percobaan, dan melaksanakan di dalam banyak negara untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam membangun dengan bambu dan alang- alang ini.
Pada umumnya, bagian bangunan yang dapat dibuat dari bambu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bangunan lain untuk kegunaan yang sama. Bambu terdapat hampir di seluruh Indonesia. Bambu adalah bahan ramuan yang penting sebagai pengganti kayu biasa bagi penduduk desa. Penduduk desa menanamnya di halaman rumah, pada lereng gunung, sepanjang sungai atau jurang, dan sebagainya.
Bambu bersifat tahunan, seperti rumput ,tumbuhan berkayu dan pemusatan mereka yang terbesar dan penggunaannya tersebar luas di perbatasan bagian tenggara dari asia dan pulau-pulau dari India ke Cina daratan dan dari Jepang ke Indonesia di antara pulau-pulau. tumbuhan itu juga ditemukan di Afrika, Australia, dan di dalam Belahan bumi yang Barat, dari Southern United States ke Argentina dan Cili.
Pertumbuhan dari bambu itu cepat, sekitar 7 cm sampai dengan 40 cm per hari di dalam kondisi ideal. Perkebunan bambu besar-besaran telah dibentuk di Jepang, India, dan negara-negara lain. Pembusukan yang cepat dari bambu secara tradisional berarti struktur-struktur yang harus dibangun kembali setiap dua atau tiga tahun. Dengan perlakuan pemeliharaan yang tepat, hidup dari pelindung bambu dapat diperpanjang 15 tahun atau lebih panjang.
Bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Bambu memiliki 50 - 55% lebih banyak selulosa daripada kayu. TAnpa perhatian pada pengawetan maka konstruksi bambu tahan lama 2- 3 tahun saja. sedangkan dengan pengawetan dan pemeliharaan yang memadai dapat tahan lama > 15 tahun. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua, dalam hal terakhir berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang mengkilap. Di tempat ruas tidak boleh ada yang pecah.
Mutu bambu dipengaruhi terutama oleh
- Masa memotong batang bambu.
- Perawatan dan pengeringan bambu.
- Pengawetan bambu
- Masa memotong batang bambu.
- Perawatan dan pengeringan bambu.
- Pengawetan bambu
Penentuan sifat- sifat mekanis bambu berdasarkan prasyarat bahwa bambu yang digunakan dalam pembangunan merupakan bahan bangunan yang kering dengan kadar air 12%. Hal ini merupakan kadar air kesetimbangan pada kelembapan udara 70 % yang dapat dianggap sebagai nilai rata- rata yang wajar pada iklim tropis.
Kemudian, perlu diperhatikan bahwa batang bambu berbentuk pipa yang ujung kaki dan ujung kepalanya berbeda- beda pada garis tengah maupun tebal dindingnya. Dalam penentuan sifat mekanika selalu perlu ditentukan nilai rata- rata sebagai berikut :
D = 1/4 x (82 + 81 + 83 + 82 ) = 82 mm
d = 1/4 x (6.3 + 6.4 + 6.5 + 6.4 + 6.6 + 6.4 + 6.5 +6.5) = 6.45 mm
d = 1/4 x (6.3 + 6.4 + 6.5 + 6.4 + 6.6 + 6.4 + 6.5 +6.5) = 6.45 mm
Berat jenis berbeda- beda menurut jenis bambu (ρ = 670 - 720 kg/m3) dan pada bagian batang mana yang diperhatikan (ρ = 570 - 760 kg/m3), serta pada bagian dinding batang dalam (ρ = 370 - 830 kg/m3) atau bagian luar (ρ = 700 - 850 kg/m3). Kemudian juga dapat diamati bahwa berat jenis cepat turun sesuai proses pengeringan. Namun, untuk konstruksi bangunan bambu (bahan bangunan yang kering dengan kadar air 12% ) berat jenis bambu di Indonesia dianggap rata- rata sebagai 700 kg/m3.
Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya menahan gaya- gaya yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain di dekatnya.Kekuatan geser berbeda- beda pada tebalnya dinding batang bambu (kekuatan geser pada dinding 10 mm menjadi 11% lebih rendah daripada dinding bambu setebal 6 mm), dan pada bagian ruas dan bagian di antara ruas batang bambu. Bagian batang tanpa ruas memiliki kekuatan terhadap gaya geser yang 50% lebih tinggi daripada batang bambu yang beruas. Di Indonesia kekuatan geser yang diizinkan II arah serat adalah 2.45 N/mm2.
Kekuatan tarik bambu untuk menahan gaya- gaya tarik berbeda- beda pada bagian dinding batang dalam atau bagian luar. garis tengah batang (batang yang langsing memiliki ketahanan terhadap gaya tarik yang lebih tinggi), serta pada bagian batang mana yang digunakan karena bagian kepala memiliki kekuatan terhadap gaya tarik yang 12 % lebih rendah dibandingkan dengan bagian batang kaki, Di Indonesia tegangan tarik yang diizinkan II arah serat adalah 29.4 N/mm2.
Kekuatan lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya- gaya yang berusaha melengkungkan batang bambu atau menahan muatan mati atau hidup. Karena bambu merupakan bahan yang elastis, maka lendutan yang terjadi sesuai kekuatan bahan menjadi ahak tinggi (rata- rata 1/20). Hal ini perlu diperhatikan pada pembangunan gedung, dimana lendutan konstruksi biasanya tidak boleh melebihi 1/300 dari lebar bentang. Di Indonesia tegangan lentur yang diizinkan adalah 9.8 N/mm2.
Kekuatan tekan bambu untuk menahan gaya- gaya tekan berbeda- beda pada bagian ruas dan bagian diantara ruas batang bambu, Bagin batang tanpa ruas memiliki kekuatan terhadap gaya tekan yang 8 - 45 % daripada batang bambu yang beruas, Di Indonesa tegangan tekan yang diizinkan II arah serat adalah 7.85 N/mm2.
Modul elastis. Bambu yang berbentuk pipa dan berbentuk langsing lebih menguntungkan dibandingkan batang yang utuh karena nilai kekuatannya lebih tinggi. Kepadatan serat kokoh pada bagian dinding luar batang bambu meningkatkan kekuatan maupun elastisitas. Seperti pada bahan bangunan kayu, modul elastis menurun ( 5- 10 %) dibawah beban yang meningkat. Di Indonesia modul elastis dapat diperhitungkan dengan 20 kN/mm2.
Sistim rangka batang bambu
Sistim rangka batang bambu merupakan struktur bangunan yang sangat efisien terhadap penurunan dan getaran tanah. (Gempa bumi) dan terhadap tekanan dinamis (angin sebagai gaya horizontal). Sebagai konstruksi ringan (bobot konstruksi lantai, dinding, maupun atap ) menjadi sedikit dan dengan titik buhul pada sistem rangka batang yang bekerja sebagai engsel, semua batang dapat bergerak sedikit tanpa mempengaruhi kestabilan konstruksi. Bahan bangunan bambu serta strukturnya dapat berubah- ubah bentuknya secara luas dan dengan demikian akan menghasilkan pemusnahan energi.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka sistem rangka batang bambu dapat diterapkan untuk kerangka rumah di daerah rawan gempa bumi, pembangunan rumah panggung, konstruksi dinding rangka, pelat lantai, maupun atap. Bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai tulangan beton. Selain untuk bahan bangunan struktur, bambu dapat digunakan sebagai perlengkapan bangunan seperti pintu dan jendela maupun perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari (sirip, krepyak, kerai), pipa dan pompa air serta konstruksi pagar.
Menggunakan bambu sebagi bahan bangunan rangka batang menuntut diperhatikannya masalah berikut.
- Bambu tanpa pengawetan mudah membusuk dan diserang oleh serangga dan cendawan, terutama jika berhubungan dengan kelembaban tanah,
- Sesudah bambu ditebang, batang dalam waktu singkat dapat diserang serangga jika tidak diawetkan langsung.
- Dalam keadaan kering bambu sangat rentan terhadap kebakaran dan membutuhkan perawatan khusus.
- Kekuatan dan daya tahan memudar seturut umurnya (contoh kerusakan pektin yang mengikat serat selulosa oleh bahan yang bersifat alkali atau kehilangan struktur sel oleh serangga yang memakan kanjinya).
- Bambu tanpa pengawetan mudah membusuk dan diserang oleh serangga dan cendawan, terutama jika berhubungan dengan kelembaban tanah,
- Sesudah bambu ditebang, batang dalam waktu singkat dapat diserang serangga jika tidak diawetkan langsung.
- Dalam keadaan kering bambu sangat rentan terhadap kebakaran dan membutuhkan perawatan khusus.
- Kekuatan dan daya tahan memudar seturut umurnya (contoh kerusakan pektin yang mengikat serat selulosa oleh bahan yang bersifat alkali atau kehilangan struktur sel oleh serangga yang memakan kanjinya).
- Jangan menggunakan paku baha sebagai alat sambungan bambu, tetapi gunakan pasak kayu/ bambu serta pengikatan.
-Jangan menggunakan bambu yang retak atau sudah terserang oleh serangga.
- Jangan menggunakan bambu yang dipotong diluar musim yang tepat
-Jangan menggunakan bambu yang retak atau sudah terserang oleh serangga.
- Jangan menggunakan bambu yang dipotong diluar musim yang tepat
JENIS BAMBU DI INDONESIA
No. | Nama botani | Nama lokal | Daerah ditemukan |
1 | Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend. | - | Jawa |
2 | Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. | Pring ori | Jawa, Sulawesi |
3 | Bambusa atra Lindl. | Loleba | Maluku |
4 | Bambusa balcooa Roxb. | - | Jawa |
5 | Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. | Bambu duri | Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara |
6 | Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. | Bambu pagar, cendani | Jawa |
7 | Bambusa horsfieldii Munro. | Bambu embong | Jawa |
8 | Bambusa polymorpha Munro. | - | Jawa |
9 | Bambusa tulda Munro. | - | Jawa |
10 | Bambusa vulgaris Schard. | Awi ampel, haur | Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku |
11 | Dendrocalamus asper | Bambu petung | Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi |
12 | Dendrocalamus giganteus Munro. | Bambu sembilang | Jawa |
13 | Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. | Bambu batu | Jawa |
14 | Dinochloa scandens O.K. | Bambu cangkoreh, Kadalan | Jawa |
15 | Gigantochloa apus Kurz. | Bambu apus, tali | Jawa |
16 | Gigantochloa atroviolacea | Bambu hitam, wulung | Jawa |
17 | Gigantochloa atter | Bambu ater, jawa benel, buluh | Jawa |
18 | Gigantochloa achmadii Widjaja. | Buluh apus | Sumatera |
19 | Gigantochloa hasskarliana | Bambu lengka tali | Jawa, Bali, Sumatera |
20 | Gigantochloa levis (Blanco) Merr. | Buluh suluk | Kalimantan |
21 | Gigantochloa manggong Widjaja. | Bambu manggong | Jawa |
22 | Gigantochloa nigrocillata Kurz | Bambu lengka, terung terasi | Jawa |
23 | Gigantochloa pruriens | Buluh rengen | Sumatera |
24 | Gigantochloa psedoarundinaceae | Bambu andong, gambang surat | Jawa |
25 | Gigantochloa ridleyi Holtum. | Tiyang kaas | Bali |
26 | Gigantochloa robusta Kurz. | Bambu mayan, temen serit | Jawa, Bali, Sumatera |
27 | Gigantochloa waryi Gamble | Buluh dabo | Sumatera |
28 | Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. | - | Jawa |
29 | Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. | Bambu eul-eul | Jawa |
30 | Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera | bambu uncea | Jawa |
31 | Schizotachyum blunei Ness. | Bambu wuluh, tamiang | Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku |
32 | Schizotachyum brachycladum Kuez. | Buluh nehe, awi buluh, ute wanat, tomula | Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku |
33 | Schizotachyum candatum Backer ex Heyne | Buluh bungkok | Sumatera |
34 | Schizotachyum lima (Blanco) Merr. | Bambu toi | Sulawesi, Maluku, Irian Jaya |
35 | Schizotachyum longispiculata Kurz. | Bambu jalur | Jawa, Sumatera, Kalimantan |
36 | Schizotachyum zollingeri Stend. | Bambu jala, cakeutreuk | Jawa, Sumatera |
0 comments:
Posting Komentar